Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq mengecam aksi teror di Paris, Prancis, yang terjadi Jumat malam waktu setempat.
"Kasus pembantaian di Paris adalah tindakan teror yang keji," kata politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu kepada pers, di Jakarta, Sabtu (14/11).
"Namun yang harus dikritisi bahwa jika pelaku benar dari ISIS, maka ini adalah bagian dari skenario untuk menarik negara-negara Eropa untuk masuk dan terlibat dalam konflik bersenjata di Timur Tengah (Timteng)," ujarnya, seperti dilansir Antara.
Pada konflik di Suriah, Rusia terlibat secara militer. "Kita tahu ISIS sarat dengan campur tangan dan kepentingan sejumlah negara," kata legislator dari Daerah Pemilihan Jawa Barat VIII itu.
Pola konflik kawasan yang sedang terjadi di Timteng, menurut dia akan terus meluas ke berbagai negara lain.
"Kita semua tahu bahwa proses awal konflik di Timteng telah melibatkan AS dengan intervensinya ke Irak untuk menjatuhkan rezim Saddam Husein," tuturnya.
Hal itu berlanjut ke beberapa negara lainnya, seperti Libya, Suriah, dan Yaman.
Menurut Mahfudz, perubahan rezim politik tidak segera menghasilkan rezim dan format politik baru.
"Yang muncul adalah model konflik baru yang multifaktor dan aktor ISIS hanya salah satu faktor dalam pola konflik sekarang," ucap politisi berusia 49 tahun itu.
Timteng sesungguhnya telah dijadikan lapangan konflik untuk target merekonstruksi peta negara dan kekuasaan dengan melibatkan aktor negara dan non-negara. Setelah AS, Rusia, Saudi dan Turki terlibat, kasus pembantaian Paris adalah cara menyeret Eropa menjadi faktor dan aktor tambahan.
"Pemerintah Indonesia harus memahami dan menyikapi situasi dan kondisi ini. Karena pola konflik ini akan terus diperluas termasuk ke kawasan Asia Barat, Asia Selatan dan kemudian Asia Tenggara," imbuhnya.
Di kawasan Asia Timur juga sudah menghadapi potensi konflik kawasan, yaitu isu Laut China Selatan. "Jika kedua pola konflik kawasan ini bertemu, maka layak kita memproyeksi terjadinya konflik baru yang sangat besar," katanya menambahkan.
"Namun yang harus dikritisi bahwa jika pelaku benar dari ISIS, maka ini adalah bagian dari skenario untuk menarik negara-negara Eropa untuk masuk dan terlibat dalam konflik bersenjata di Timur Tengah (Timteng)," ujarnya, seperti dilansir Antara.
Pada konflik di Suriah, Rusia terlibat secara militer. "Kita tahu ISIS sarat dengan campur tangan dan kepentingan sejumlah negara," kata legislator dari Daerah Pemilihan Jawa Barat VIII itu.
Pola konflik kawasan yang sedang terjadi di Timteng, menurut dia akan terus meluas ke berbagai negara lain.
"Kita semua tahu bahwa proses awal konflik di Timteng telah melibatkan AS dengan intervensinya ke Irak untuk menjatuhkan rezim Saddam Husein," tuturnya.
Hal itu berlanjut ke beberapa negara lainnya, seperti Libya, Suriah, dan Yaman.
Menurut Mahfudz, perubahan rezim politik tidak segera menghasilkan rezim dan format politik baru.
"Yang muncul adalah model konflik baru yang multifaktor dan aktor ISIS hanya salah satu faktor dalam pola konflik sekarang," ucap politisi berusia 49 tahun itu.
Timteng sesungguhnya telah dijadikan lapangan konflik untuk target merekonstruksi peta negara dan kekuasaan dengan melibatkan aktor negara dan non-negara. Setelah AS, Rusia, Saudi dan Turki terlibat, kasus pembantaian Paris adalah cara menyeret Eropa menjadi faktor dan aktor tambahan.
"Pemerintah Indonesia harus memahami dan menyikapi situasi dan kondisi ini. Karena pola konflik ini akan terus diperluas termasuk ke kawasan Asia Barat, Asia Selatan dan kemudian Asia Tenggara," imbuhnya.
Di kawasan Asia Timur juga sudah menghadapi potensi konflik kawasan, yaitu isu Laut China Selatan. "Jika kedua pola konflik kawasan ini bertemu, maka layak kita memproyeksi terjadinya konflik baru yang sangat besar," katanya menambahkan.
Sumber: Gatra
0 Response to "Ini Kata Politisi PKS Tentang Serangan Paris"
Post a Comment